Waktu masih SD dulu, saya ingat sekali saya selalu merasa senang ketika ayah saya mengatakan, “Nanti pulang sekolah kita makan nasi campur ya”. Jika saya sudah mendengar kata itu, saya jadi tidak sabar untuk segera pulang sekolah dan dijemput oleh ayah saya. Kemudian, dengan sepeda motornya, beliau akan mengantarkan saya ke sebuah rumah makan yang lokasinya tidak jauh dari sekolah.
Rumah makan itu adalah Hari-Hari Ayong. Terletak di Jl. Terusan Bandengan yang juga dikenal sebagai Jl. Soka.
Dan nasi campur di rumah makan itu menjadi nasi campur favorit saya dan ayah saya. Hingga saat ini, jika ayah saya sedang ingin makan nasi campur, beliau akan meminta saya membelinya dan dibungkus pulang. Bahkan nenek saya saking sukanya sampai minta nomor telepon rumah makan ini agar bisa beliau hubungi kapan saja jika ingin makan nasi campur.
Posisinya tepat di seberang Nasi Campur Kacamata yang berada di Jl. Terusan Bandengan. Jika anda tahu Jl. Teluk Gong, nah lokasinya persis sebelum Teluk Gong.
Ada banyak menu di sini, seperti yong tahu dan nasi kari, tetapi percayalah juaranya adalah nasi campur. Rumah makannya luas dan bisa menampung sekitar 30 hingga 40 orang. Ruanganya pun ber-AC sehingga nyaman untuk ditempati. Saya langsung memesan nasi campur hainam. Begitu mencatat pesanan, sang penjual langsung mengayunkan pisau dan memotong-motong daging. Terdengar suara ketukan pisau yang bertemu dengan alas potong secara berulang, membelah daging menjadi potongan-potongan besar yang siap disantap dalam satu suap.
Dan sampailah dua porsi nasi campur hainam di atas meja makan saya. Samcan babi panggang, ayam panggang, charsiu madu, dan setengah butir telur rebus dihidangkan dalam satu piring yang sama. Sederhana namun menggugah selera. Di piring lainnya ada sekepal besar nasi hainam yang pulen, harum, dan gurih. Jangan lupa untuk menuang saus manisnya ke atas nasi, dijamin rasanya menjadi semakin enak! Samcan panggangnya memang terasa biasa saja, kurang garing; namun ayam panggangnya empuk dan wangi sekali. Dan yang paling membuat saya ingin kembali ke sini adalah charsiu panggang madunya. Manis, gurih, teksturnya renyah, dan langsung lumer begitu masuk ke dalam mulut. Wah, benar-benar enak! Jika mulut terasa terlalu kering, langsung suapkan kuah babi sayur asin yang juga disajikan sepaket dengan nasi campur. Nikmat.
Dari berbagai nasi campur yang pernah saya makan, mungkin nasi campur Hari-Hari salah satu yang terenak. Yang bisa menyaingi adalah Atek dan Kacamata (dan belakangan, Nasi Campur di Jl. Kemenangan). Tapi penilaian ini memang agak subjektif, karena enak atau tidaknya makanan sebenarnya tergantung selera masing-masing.
Begitu selesai menyantap nasi campur, akhirnya saya segera pergi ke kasir untuk membayar. Harganya Rp45.000 per porsi (harga Agustus 2020). Sangat wajar dan cukup terjangkau untuk seporsi nasi campur yang rasanya di atas rata-rata. Saya tanyakan kepada sang penjual sudah berapa tahun usia rumah makan ini, sang penjualnya hanya tertawa sambil menjawab, “wah puluhan tahun deh, soalnya ini dari papa saya”. Pastinya sudah 30 tahun lebih, sebab saat saya pertama kali diajak ke sana saja saya masih berusia 5 tahun dan kini saya sudah hampir 30 tahun.
Well, jika ingin menyantap nasi campur hainam dengan charsiu madu yang lumer di mulut, ini tempat sangat saya rekomendasikan. Terbukti dengan “usia”-nya yang sudah 30 tahun, apalagi harganya juga masih wajar untuk nasi campur.
Hari-Hari Ayong
Jl. Bandengan Utara No. 15 BC
Penjaringan, Jakarta Utara
Jam operasional: 08.00 – 21.00
14/08/20