Minggu lalu saya baru saja menginap selama 4 hari 3 malam di Citihub Hotel @Sudirman, Surabaya. Bagaimana pengalamannya?
Saya menilai baik atau tidaknya pengalaman menginap di sebuah hotel dari beberapa aspek: (1) harga, ini penting, apalagi budget hotel; (2) lokasi, percuma hotel murah tetapi lokasinya jauh dari tempat-tempat penting; dan (3) fasilitas yang diperoleh, tidak harus mewah tetapi harus menunjang aktivitas saya selama menginap. Ketiga aspek ini saling tarik-menarik, misalnya, hotel yang harganya agak mahal tetapi lokasinya berada tepat di pusat kota tentu akan lebih saya anggap bagus daripada hotel yang harganya murah meriah tetapi jauh dari berbagai tempat. Atau, percuma harga murah tetapi berbagai fasilitas tidak tersedia (misal: kamar mandi luar, tidak ada wifi, kamar tidak bersih, dan sebagainya). Nah, untuk review kali ini saya akan menilai dari ketiga aspek tersebut.
NB: ini bukan endorsement dan saya sama sekali tidak dibayar untuk menulis artikel ini! Murni berbagi pengalaman saja.
Harga
Jujur saja, alasan utama saya menginap di sini adalah karena harganya. Meskipun perjalanan saya ke Surabaya kemarin adalah perjalanan dinas, tetapi saya harus memerhatikan anggaran karena perjalanan ini sejatinya sudah memakan anggaran yang besar. Oleh karena itu, oleh tempat saya bekerja, salah satu cara untuk menekan anggaran adalah mencari budget hotel. Sebenarnya saya tidak masalah, toh ketika saya traveling saya memang sering menggunakan hotel-hotel murah atau bahkan capsule hotel. Harga termurah yang ditawarkan oleh hotel ini adalah Rp250.000, sudah termasuk breakfast. Saya tidak tahu harga normalnya berapa, karena saya memesannya melalui Agoda dan saat itu sedang promo, namun saat saya melihat penawaran yang ada di hotel langsung, nampaknya harga normalnya adalah Rp250.000 tanpa mendapatkan breakfast (bila ingin mendapatkan breakfast, harga kamarnya ditambah Rp40.000 lagi). Supaya lebih murah, memang baiknya memesan melalui aplikasi-aplikasi travel service dengan memanfaatkan harga promosi.
Harga yang tergolong murah, apalagi saat saya lihat foto-fotonya di internet, kamarnya terlihat bersih dan hotelnya terlihat bagus. Plus, lokasinya memang sangat dekat dengan tempat saya akan bertugas (hanya 5 menit berjalan kaki!). Namun, apakah harga yang murah ini akan mengorbankan banyak hal?
Lokasi
Seperti yang saya katakan, harga murah jadi tidak berguna lagi bila lokasinya jelek. Untungnya, Citihub Hotel @Sudirman terletak di posisi yang sangat strategis, yakni di pusat kota. Dalam radius 3 km, kita bisa menjangkau Taman Bungkul, Museum Surabaya, Arca Joko Dolog, Mall Tunjungan Plaza, Stasiun Gubeng, dan lokasi-lokasi lainnya. Saya beberapa kali berjalan kaki dari hotel ke Mall Tunjungan Plaza, dan hanya menghabiskan waktu selama 15 menit (lumayan sambil berolahraga!).
Sayangnya, baik di pagi hari maupun di malam hari, di sekitar hotel sulit untuk menemukan penjual makanan. Bila anda memesan kamar yang dilengkapi dengan breakfast, tentu hal ini tidak jadi masalah. Tetapi bagaimana dengan malam hari? Selama 3 malam di sana, saya hanya menemukan 1 pedagang kaki lima yang mangkal sangat dekat dengan hotel, yakni penjual tahu tek. Tapi mana mungkin selama 3 malam saya makan tahu tek saja? Sebenarnya ini tak jadi masalah, karena anda bisa saja pergi ke Tunjungan Plaza atau menggunakan ojol untuk pergi ke Taman Hapsari atau Taman Bungkul untuk mencari makan. Ini hanya jadi masalah kalau kita sedang males gerak dan tidak ingin pergi terlalu jauh dari hotel.
Untuk lokasi, sudah strategis sekali.
Fasilitas dan Pelayanan
Harga bagus, lokasi bagus. Lantas bagaimana dengan pelayanannya? Nah, ini yang mungkin banyak catatan. Pertama-tama, staff hotel ketika saya check-in juteknya bukan main. Tidak menyapa, tidak tersenyum, bahkan saya sempat diabaikan sekitar 5-10 menit karena ia sedang melayani tamu lain. Bukannya gila dihormati, tetapi biasanya tamu akan dipersilakan duduk dulu sambil menunggu resepsionis melayani tamu lain; sedangkan di sini, saya dicueki begitu saja, dibiarkan berdiri di depan meja resepsionis dan dianggap seolah tidak ada. Waduh!
Untungnya hanya 1 orang staff ini saja yang agak kurang friendly kepada tamu. Sepanjang saya menginap, semua petugas dan karyawan hotel sangat ramah, kecuali ibu-ibu yang satu ini saja. Petugas lainnya ramah dan murah senyum, bahkan ada yang dengan inisiatif menghampiri saya ke kamar untuk memberikan solusi ketika saya memprotes layanan wifi yang bermasalah.
Apa, layanan wifi bermasalah? Ya, ini yang membuat saya cukup kecewa pada malam pertama menginap. Sebab saya sedang sangat membutuhkan wifi untuk mempersiapkan materi presentasi saya di esok hari. Ketika saya komplain, pihak hotel menjawab bahwa wifi di lantai tempat saya menginap memang sedang rusak. Pihak hotel sebenarnya sudah menawarkan solusi lain, yaitu menggunakan wifi dari lantai lain. Tapi solusi ini tetap saja tidak menyelesaikan masalah: sinyalnya sangat buruk sehingga koneksi dan kecepatannya lamban sekali! Untungnya permasalahan wifi ini selesai di malam kedua dan ketiga. Wifi-nya tergolong cukup cepat, tetapi bila di kamar mandi sinyalnya hilang semua.
Oh iya, sebenarnya bagaimana dengan kamarnya sendiri? Kamarnya sendiri sih sebenarnya tergolong memuaskan. Lantainya bersih, AC-nya dingin, ada televisi (meskipun tidak ada TV kabel, hanya ada channel TV Indonesia), ada air panas di dalam kamar mandi, dan ada peralatan mandi juga. Memang ruangannya tidak luas karena saya memesan Nano Room, ruangan yang paling kecil. Tapi ini tidak masalah, toh saya hanya menginap sendiri. Namun ada catatan yang cukup menjadi perhatian saya, yakni tidak tersedia kopi atau teh yang bisa kita seduh secara gratis serta pemanas air untuk menyeduh. Walhasil, ketika sedang ingin ngopi atau ngeteh, saya harus mencari warung. Atau, bisa juga beli di lantai 1 hotel, tetapi harganya mahal sekali: satu kantong teh celup merk Gopek saja dihargai Rp10.000! Padahal di warung atau di rumah makan mungkin hanya dihargai Rp3.000-Rp5.000. Jadi solusi terbaik adalah mencari minuman hangat tersebut di warung.
Pelayanan cukup memuaskan, wifi cukup memuaskan, kamar memuaskan. Bagaimana dengan breakfast-nya?
Dari semua aspek yang ada pada hotel ini, mungkin yang membuat saya kecewa adalah breakfast-nya. Di bayangan saya, breakfast yang akan saya peroleh adalah makan ala prasmanan seperti di hotel-hotel lainnya. Baiklah, karena budget hotel, mungkin tidak ada sarapan ala prasmanan; jika demikian biasanya saya mendapatkan seporsi nasi goreng, nasi uduk, atau nasi kuning dengan segelas teh / kopi. Di sini berbeda. Konsep sarapannya adalah penghuni kamar diberikan voucher sebesar Rp45.000 untuk memesan makanan di restoran hotel. Masalahnya, harga makanan di restorannya mahal sekali! Segelas kopi hitam dihargai Rp12.500, dan setangkup roti panggang saja dihargai Rp30.000 (ditotal sudah Rp42.500). Menu yang lebih mengenyangkan seperti bakwan Surabaya (bakso) dihargai Rp35.000. Bila pesanan kita lebih dari Rp45.000, maka kita harus membayar kekurangannya. Pada pagi pertama saya memesan seporsi bakso kuah polos dengan segelas kopi hitam, total harganya Rp47.500, jadi saya harus membayar lagi Rp2.500. Dan saya lihat-lihat, hampir semua menunya bila dikombinasikan dengan secangkir kopi pasti menyentuh harga di atas Rp45.000 sehingga kita harus menombok kekurangannya. Bila ingin mendapatkan menu di bawah Rp45.000, maka kita bisa memesan setangkup roti panggang dengan kopi (Rp30.000 + Rp12.500 = Rp42.500), atau bubur ayam dengan secangkir kopi (Rp32.500 + Rp12.500 = Rp45.000). Intinya: breakfast-nya payah!
Tapi soal rasa, memang tergolong enak. Bakwan Surabaya alias bakso-nya enak meskipun dihargai mahal sekali. Isinya hanya ada 6 butir bakso dengan kuah kaldu, tanpa ada tambahan apa-apa lagi. Tekstur baksonya empuk dan renyah, dan kuah kaldunya juga gurih. Sayangnya, ya, karena tidak disertai dengan tambahan apapun (minimal bihun, mie, atau sekurang-kurangnya nasi), jadi tentu tidak akan kenyang. Saya juga sempat mencoba bubur ayamnya. Buburnya tergolong kental dengan isian daging ayam dan potongan tahu. Rasanya enak sekali! Tapi ya, sayangnya, harganya juga tergolong sangat mahal.
Dalam hati, saya berpikir, mengapa pihak hotel harus menerapkan konsep breakfast seperti ini? Jujur saja, saya merasa kecewa sih. Lebih baik saya memesan kamar yang tidak dilengkapi dengan breakfast saja, apalagi selisih harga kamar dengan breakfast dan tanpa breakfast cukup besar, yakni Rp40.000. Lebih baik uang Rp40.000 itu saya gunakan untuk membeli nasi krawu atau nasi soto gerobakan yang mungkin hanya dihargai Rp10.000-Rp20.000; atau Rp40.000 itu bisa untuk makan di rumah makan dengan pilihan menu yang lebih worth. Pihak hotel mungkin bisa meniru konsep breakfast dari budget hotel lain: sepiring nasi goreng telur mata sapi dengan kopi / teh, tanpa harus ada embel-embel tambahan biaya yang dibebankan lagi kepada pengunjung.
Dan, terakhir, masih berkaitan dengan uang juga, satu hal yang menurut saya kurang berkenan adalah uang depositnya yang terlalu mahal. Rp200.000! Biasanya saya hanya membayar deposit sebesar Rp50.000 atau Rp100.000, bahkan untuk hotel berbintang sekalipun. Memang sih, uang deposit itu akan dikembalikan saat kita check out, tetapi Rp200.000 terlalu besar menurut saya! Sialnya, di era yang sudah mulai cashless ini, ketika saya check in uang yang ada di dompet saya hanya Rp100.000, dan ibu-ibu resepsionis (yang sangat tidak ramah itu) tidak memberikan solusi apapun ketika saya mengatakan bahwa saya hanya memegang uang Rp100.000 (harapan saya, si Ibu bisa mengatakan bahwa saya bisa deposit Rp100.000 dulu dan beristirahat dulu di kamar, nanti sisa Rp100.000 lagi bisa diserahkan di sore hari. Minimal tamu diizinkan istirahat dulu, gitu loh).
Puas?
Simpulannya, Citihub Hotel @Sudirman tergolong cukup memuaskan. Harganya bagus, lokasinya bagus, meskipun masih ada catatan penting untuk pelayanan terutama bagian breakfast dan resepsionis. Secara keseluruhan, hal yang saya puas dari hotel ini adalah:
- Staf yang ramah (kecuali ibu-ibu resepsionis yang menurut saya masih harus belajar hospitality),
- Harga murah dengan lokasi strategis, dan
- Kamar sangat nyaman,
Tetapi ada beberapa hal yang membuat saya kecewa dan kurang sreg, yakni:
- Air panas untuk menyeduh minuman yang tidak tersedia di dalam kamar (menurut saya ini sudah menjadi standar ya, bahkan budget hotel lain yang pernah saya kunjungi pun menyediakan ini),
- Breakfast yang amat sangat mengecewakan (menurut saya ini kelemahan yang paling parah dari hotel ini), dan
- Biaya depositnya yang tidak wajar yakni Rp200.000 (bahkan hotel berbintang saja hanya meminta deposit sebesar Rp100.000).
Jika ditimbang-timbang, memang hotel ini masih layak untuk digunakan. Kelemahan terbesarnya memang di breakfast-nya saja, namun agak fatal menurut saya. Untungnya masih tertutupi dengan lokasi yang strategis dan kamar yang nyaman.
Saingan terbesar dari hotel ini adalah capsule hotel yang mulai menjamur di Kota Surabaya. Setahun sebelum kunjungan ini, saya pernah melakukan solo traveling ala backpacker ke Surabaya dan menginap di salah satu hotel kapsul. Harganya hanya Rp150.000-Rp200.000, tetapi saya mendapatkan breakfast yang wajar (tidak ada embel-embel tambahan biaya), biaya deposit yang wajar (Rp50.000), lokasi juga sama strategisnya, dan air minum yang free flow (tersedia dalam dispenser, dan ada air panasnya!). Saya sendiri malah condong ke sini.
Well, tulisan ini hanyalah sekadar refleksi dari pengalaman saya selama menginap dan semoga bisa menjadi referensi bagi anda. Saya sendiri sebenarnya merekomendasikan hotel ini, dengan catatan tidak usah memesan kamar yang disertai dengan paket breakfast. Harganya juga akan jadi lebih murah.