Menyusuri Jejak-Jejak Ibukota Majapahit di Trowulan, Mojokerto

Saya ingat jelas pada sekitar tahun 2013, di dunia maya maupun televisi heboh dengan penyuaraan save Trowulan. Pecinta sejarah dan warga-warga di sekitar Trowulan bersuara, menolak pembangunan pabrik baja di sekitar Trowulan yang akan menyebabkan rusaknya cagar budaya dan sejarah di Trowulan. Saya masih ingat, dengan seorang rekan saya sempat hampir memproduksi kaos bergambarkan Candi Bajang Ratu dan bertuliskan “Save Trowulan”. Untungnya, pembangunan pabrik dibatalkan dan Trowulan selamat. God save the Trowulan.

Dan kemudian, ingatan saya tentang Trowulan terlupakan…

Hingga akhirnya sekitar lebaran 2017, ketika seorang warga Mojokerto membuat tulisan tentang wisata sejarah di Trowulan yang diunggah ke forum kaskus. Ternyata Trowulan bukan hanya Bajang Ratu dan masih banyak situs lainnya. Saya jadi tertarik ke sana. Dan pada Juli 2018 ini, impian itu baru tersampaikan.

(Baca: Ngapain ke Mojokerto? Ini yang Saya Lakukan…)

Sebelum saya langsung menceritakan destinasi-destinasi di Trowulan yang menarik untuk dikunjungi, saya perlu menceritakan dulu mengapa Trowulan menarik untuk dikunjungi. Trowulan dulunya merupakan ibukota dari Kerajaan Majapahit, yang terkenal dengan Patih Gajah  Mada beserta Sumpah Palapanya. Ribuan tahun berlalu, kini Trowulan merupakan kecamatan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Trowulan seolah tenggelam dalam sejarah.

Well, akses menuju Trowulan tidaklah mudah. Selain menggunakan kendaraan pribadi, kita juga bisa menggunakan bus atau kereta api. Saya sendiri memilih menggunakan kereta api, dengan perjalanan sebagai berikut:

  • Dari Jakarta, saya naik kereta api dan turun di Stasiun Mojokerto,
  • Dari stasiun, saya naik ojek dan turun di Gapura Wringin Lawang, Trowulan. Di sinilah petualangan dimulai. Saya sendiri menggunakan Gojek dan hanya kena Rp18.000 saja,
  • Alternatifnya, dari Stasiun Mojokerto bisa naik ojek menuju Terminal Kartajaya, kemudian naik bus dan turun di Trowulan.

Saya sengaja memilih untuk memulai penjelajahan ini di Gapura Wringin Lawang.

1. Wringin Lawang

Kenapa saya memilih untuk memulai di sini? Karena Gapura Wringin Lawang sendiri merupakan gapura penanda bahwa kita sudah masuk ke wilayah ibukota. Wringin Lawang-lah “gerbang” dari Trowulan itu sendiri.

Suasananya sepi, hanya ada saya di sana. Namun karena lokasinya sangat dekat dengan perkampungan, dari jauh saya bisa melihat warga-warga sedang berkumpul duduk bersama. Sekitar gapura ini adalah hamparan rumput liar yang tinggi-tinggi sekali, setinggi orang dewasa. Di antara gapura tersebut terdapat sesajen dan sisa kemenyan yang sepertinya dinyalakan kemarin. Ternyata tempat ini cukup dikeramatkan. Finally, this is Trowulan.

trowulan mojokerto

trowulan mojokerto

Pertanyaan selanjutnya, sekarang saya harus melanjutkan perjelajahan ini ke mana? Saya mendekati salah satu warga, menanyakan lokasi situs-situs lainnya di Trowulan. Ternyata jarak antar situs cukup jauh untuk dijangkau dengan berjalan kaki! Dan ternyata tidak ada ojek maupun angkutan umum di sini, kita mutlak harus menggunakan kendaraan pribadi. Untungnya, salah seorang warga bersedia untuk menjadi “ojek” saya dengan bayaran seikhlasnya. Baiklah…

2. Candi Bajang Ratu

Bisa dikatakan Bajang Ratu adalah icon dari Trowulan. Bentuknya gapura, dan memiliki banyak versi cerita. Diyakini bahwa Bajang Ratu didirikan untuk mengenang wafatnya Raja Jayanegara. Versi lain menceritakan bahwa nama Bajang Ratu berasal dari kata bujang (bajang) dan raja (ratu), atau raja yang membujang – yakni Raja Jayanegara yang memilih untuk tidak menikah hingga akhir hayat.

Di sekitar dinding candi terdapat panel-panel cerita “Sri Tanjung”. Sayangnya saya kurang paham dengan cerita ini. Saya menghabiskan banyak waktu untuk berfoto-foto di Bajang Ratu, mengingat inilah tempat yang paling khas dari Trowulan.

situs trowulan peradaban majapahit yang mengagumkan

situs trowulan peradaban majapahit yang mengagumkan

3. Candi Tikus

Jaraknya agak jauh dari Bajang Ratu, tetapi tetap worth untuk dikunjungi. Candi Tikus merupakan tempat pemandian keluarga kerajaan pada zaman tersebut. Ketika musim penghujan tiba, kolam ini akan terisi air; tetapi karena saya datang pada musim kemarau maka kolam di Candi Tikus sedang kering.

Di tengah kolam terdapat menara yang berbentuk Meru atau Semeru, gunung yang disakralkan oleh penganut Hinduisme. Hal ini memunculkan dugaan lain bahwa ada kemungkinan Candi Tikus juga berfungsi sebagai tempat pemujaan.

situs trowulan peradaban majapahit yang mengagumkan

situs trowulan peradaban majapahit yang mengagumkan

Disebut Candi Tikus karena dulunya di tempat ini muncul banyak tikus. Setelah digali oleh warga, ditemukanlah sebuah situs kuno. Di tempat ini juga, saya membeli buku tentang Trowulan seharga Rp40.000.

4. Candi Brahu

Candi ini bercorak Hindu dan diduga lebih tua dari candi-candi lainnya di Trowulan. Berdasarkan catatan, fungsi dari candi ini adalah sebagai tempat sembahyang.

Candi Brahu konon didirkan oleh Empu Sendok yang merupakan salah seorang raja dari kerajaan Mataram Kuno. Berdasarkan Prasasti Alasantan yang ditemukan tak jauh dari lokasi candi, terdapat kata “warahu” yang merupakan tempat untuk mengadakan upacara keagamaan. Kata warahu kemudian diserap menjadi brahu.

situs trowulan peradaban majapahit yang mengagumkan

situs trowulan peradaban majapahit yang mengagumkan

5. Kolam Segaran

Kolam ini luas sekali, sampai-sampai saya berpikir bahwa kolam Segaran lebih tepat disebut waduk saking luasnya. Lokasinya tak jauh dari Museum Majapahit.

apa itu kolam segaran

Tapi ternyata memang kolam Segaran ini berfungsi sebagai waduk atau tempat penampungan air pada zaman Majapahit. Kisah populer menceritakan bahwa pada suatu hari Majapahit kedatangan tamu dari kerajaan Tiongkok. Sebagai tamu kerajaan, mereka dijamu dengan baik; bahkan kerajaan Majapahit menyajikan makanan dengan perkakas yang semuanya terbuat dari emas – piring, sendok, nampan, dan sebagainya. Dan sebagai tanda bahwa Majapahit merupakan kerajaan yang kaya, Raja Majapahit kemudian membuang alat makan emas tersebut ke dalam kolam Segaran. Hal ini tentu membuat tamu merasa kagum.

Namun jangan coba-coba untuk mencari emas di dalam kolam ini, ya! Selain berbahaya, kemungkinan besar emasnya sudah tidak ada. Sekarang kolam Segaran menjadi tempat pemancingan warga sekitar.

Oh iya, jangan lupa untuk mencicipi kuliner Sambel Wader khas Majapahit di sekitar kolam.

6. Makam Putri Champa

Namanya saja makam, maka tempat ini sejatinya adalah tempat untuk ‘mengistirahatkan’ jenazah. Makam ini merupakan makam dari permaisuri Raja Brawijaya yang sangat cantik dan berasal dari negeri Champa. Ia kemudian meninggal dan dibuatlah makam untuk sang permaisuri, di sebuah tempat yang disebut Sastrawulan (Trowulan).

Kini tempat ini sering dikunjungi oleh peziarah. Ketika saya datang, aroma kemenyan mendominasi. Saya melihat banyak orang yang datang dan nampak seperti ingin meminta sesuatu. Ada juga yang bersemedi di depan makam. Datang ke sini membuat saya agak merinding.

putri campa yang menjadi istri raden wijaya

putri campa yang menjadi istri raden wijaya

7. Buddha Tidur

Kata siapa patung Buddha Tidur hanya ada di Thailand? Di Indonesia juga ada, tepatnya di Trowulan, di dalam Maha Vihara Majapahit. Datang ke vihara ini dan melihat patung Buddha Tidur merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilakukan bila berkunjung ke Trowulan. Ketika saya datang pada hari Kamis, nampak rombongan ibu-ibu yang sedang berwisata ramai mengunjungi vihara ini untuk berfoto-foto. Spot yang diincar, tentu saja patung Buddha Tidur yang panjangnya 20an meter itu.

budha tidur mojokerto

Di depan vihara, terdapat berbagai penjual makanan dan oleh-oleh khas Majapahit.

8. Pendopo Agung Trowulan

Tempat ini merupakan tempat yang sangat bersejarah karena… di tempat inilah Maha Patih Gajah Mada mengucapkan sumpahnya, Sumpah Amukti Palapa alias Sumpah Palapa. Kalau ada yang belum tahu apa bunyi dari sumpah tersebut, ini saya kutipkan dari museum Trowulan:

“Jika telah mengalahkan Nusantara, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”.

Di pendopo ini kita bisa melihat patung Gajah Mada dan Raja Brawijaya. Di sini saya menemukan orang-orang cukup menghormati patung Raja Brawijaya, terlihat dari adanya sesajen dan kemenyan yang dibakar di depan patung. Mohon jangan men-judge perilaku ini dari perspektif agama ya, karena justru menyiapkan sesajen dan kemenyanlah bentuk perilaku keagamaan asli Nusantara.

pendopo agung trowulan

pendopo agung trowulan

Di belakang pendopo ada daftar raja-raja yang pernah memimpin Majapahit, ada juga relief-relief yang menceritakan tentang Majapahit. Tempat ini cukup menarik.

Setiap tahunnya, ketika Tahun Baru Jawa 1 Suro, Pendopo Agung menjadi tempat perayaan Grebeg Suro Majapahit. Semoga kapan-kapan saya berkesempatan datang dan menyaksikannya.

pendopo agung trowulan

9. Museum Trowulan

Letaknya tak jauh dari Kolam Segaran. Museum ini luas sekali dan memuat banyak koleksi yang berkaitan dengan Kerajaan Majapahit, mulai dari benda-benda rumah tangga, ritual keagamaan, alat musik, senjata untuk berperang, dan sebagainya. Berbagai arca dan artefak peninggalan Majapahit bisa kita lihat di sini, dengan tiket masuk seharga Rp30.000.

Sayangnya, di dalam museum tidak boleh foto-foto, jadi saya lampirkan pemandangan depannya saja ya.

Museum Trowulan

Semoga Lestari!

Demikian hasil penjelajahan saya di Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Berhasil berkunjung ke bekas ibukota salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di nusantara ini membuat saya semakin bangga dan kagum dengan kebudayaan Indonesia. Tempat ini sebenarnya memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata unggulan, namun karena sulitnya akses transportasi membuat potensi yang dimiliki tidak tergali secara maksimal. Semoga menjadi perhatian pemerintah!

Langganan tulisan tentang wisata, kuliner, dan budaya Indonesia. GRATIS.

5 Replies to “Menyusuri Jejak-Jejak Ibukota Majapahit di Trowulan, Mojokerto”

    1. Wah gak simpan kontak ojeknya lagi. Saya sendiri waktu ke sana juga tidak menghubungi ojek terlebih dahulu. Pas sampai di sana baru ada yang menawarkan. Nah waktu itu sih mereka siap ngantar ke mana aja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *