Siapa warga Jakarta yang sedang membaca tulisan ini? Sebagian besar warga pasti pernah mendengar Pasar Baru, sebuah kawasan perbelanjaan yang berada di Jakarta Pusat. Pusat perbelanjaan ini sudah menjadi salah satu tempat yang memiliki nilai sejarah yang tinggi – terhitung sudah ada sejak tahun 1820 oleh pemerintahan Belanda – dan merupakan salah satu pusat perbelanjaan tertua di Jakarta. Tempat ini juga dikenal sebagai “little India”-nya Jakarta karena banyaknya orang India yang bermukim di sini.
Menjangkau Pasar Baru tidaklah sulit, karena sudah terdapat halte Transjakarta tepat di depannya. Alternatifnya, gunakan saja moda transportasi online seperti Gojek atau Grab.
Pertanyaannya, ngapain aja dan ada apa di Pasar Baru Jakarta? Nah, setidaknya terdapat 6 hal yang bisa dilakukan selama berjalan-jalan di Pasar Baru, yaitu:
1. Belanja
Namanya juga pasar… salah satu tujuan ke sini yang pasti untuk berbelanja. Di sini memang tempat yang lumayan seru untuk berbelanja karena terdapat banyak sekali toko maupun pedagang kaki lima. Umumnya barang yang diperdagangkan adalah bahan-bahan tekstil, pakaian, sepatu, alat-alat rumah tangga, kamera, sampai uang kuno. Uniknya, toko-toko di sini umumnya sudah berjualan selama puluhan tahun! Jadi seharusnya untuk kualitas sudah lebih terjamin ya, selama pandai-pandai memilih barang di sini…
2. Menikmati Bakmie Legendaris
Menu makan siang yang paling asyik di Pasar Baru adalah bakmie. Bagi yang sudah familiar dengan bakmie Gang Kelinci, nah di sinilah bakmie Gang Kelinci pertama kali “berdiri” pada tahun 1957. Sudah terlalu sering mencicipi bakmie Gang Kelinci? Tidak terlalu jauh dari Bakmie GK, juga ada rumah makan bakmie yang tak kalah legendarisnya, yaitu Bakmie Abun. Sebenarnya Bakmie Aboen adalah pecahan Bakmie GK juga. Karena masalah manajemen, Bakmie Aboen pun memisahkan diri pada tahun 1962. Menurut saya bakmie Aboen ini merupakan must try di Pasar Baru, terutama menu bakmie babi spesialnya! Mie dengan topping irisan babi panggang (sio bak), char siew, babi kecap, dan jamur ini menjadi menu andalan di Aboen.
Tapi bagi anda yang tidak menyantap daging babi, bisa juga melipir sedikit ke Bakmie Gang Kelinci. Nama besar GK sudah tidak diragukan lagi!
3. Panas? Makan Es Krim Jadoel di sini…
Berjalan di Pasar Baru pada siang hari memang terkadang melelahkan karena terik panas sinar matahari… apalagi ini berada di Jakarta. Nah di sini ada tempat untuk mencicipi es krim jadul yang selalu saya datangi ketika berada di Pasar Baru. Tepat di sebelah toko tekstil Bombay, kita bisa menemukan restoran Tropik yang sudah berdiri sejak tahun 1970an. Sebenarnya ia menjual aneka makanan seperti bakmie, lomie, lontong rames, dan sebagainya; tapi justru menu andalannya adalah es krim!
Kita bisa memesan aneka macam es krim di sini, baik itu single scoop (satuan), kombinasi, tutti frutti, sampai banana split. Es krimnya lembut dan creamy sekali. Wajar saja, sebab es krimnya dibuat dari susu murni. Karena masih diolah secara tradisional, es krimnya juga cepat meleleh. Uniknya, es krimnya selalu disajikan dengan sepotong wafer dan buah kaleng. Rasa favorit saya: susu dan stroberi. Enak banget!
4. Cicipi Cakwe yang Paling Laris se-Jakarta
Saya sebut sebagai cakwe paling laris karena… untuk membeli cakwe saja kita harus mengantri! Warung cakwe ini terletak di gang kelinci, sebuah gang kecil di daerah Pasar Baru. Meski hanya berupa warung kecil sederhana di dalam gang, tetapi antriannya selalu mengular pada hari Sabtu dan Minggu! Agar tidak perlu mengantri dan tidak cepat kehabisan, saya sarankan ke sini pada hari biasa saja.
Ko Atek, sang penjual cakwe, mengaku sudah berjualan sejak tahun 1970an. Dagangannya hanya dua macam: cakwe dan kue bantal. Kalau anda sedang ingin mencari camilan di Pasar Baru, boleh mencoba cakwe dagangan Ko Atek di sini.
5. Berdoa di Salah Satu Kelenteng Tertua di Jakarta
Di daerah Pasar Baru terdapat dua kelenteng, yakni Kwan Im Bio dan Sin Tek Bio. Tercatat, Sin Tek Bio sudah “berdiri” sejak tahun 1698 – kala itu kawasan Pasar Baru masih berupa kebun dan hutan. Untuk menjangkau kelenteng ini, kita harus menyusuri gang kecil yang terdapat di samping kedai Bakmie Aboen. Sesuai dengan namanya “tuan rumah” dari Kwan Im Bio adalah Dewi Kwan Im, sedangkan tuan rumah untuk Sin Tek Bio adalah Dewa Bumi.
Selain menarik dari segi historis, keunikan dari kedua kelenteng ini adalah altar persembahyangannya. Di Sin Tek Bio kita bisa menemukan altar persembahyangan untuk Raden Suryakencana yang merupakan salah satu tokoh spiritual dalam adat Sunda; sedangkan di Kwan Im Bio terdapat altar untuk Raden Mas Sudjono (alias Mbah Sudjo) dan Kyai Zakaria II (alias Mbah Djugo) yang merupakan tokoh spiritual dalam adat Jawa. Asal usul terdapat altar-altar tersebut masih belum saya ketahui, tapi yang jelas di kelenteng ini saya bisa melihat bagaimana tradisi Tionghoa dan Jawa-Sunda bisa hidup harmonis selama ratusan tahun.
6. Berkunjung ke Museum dan Galeri Jurnalistik Antara
Tak jauh dari gapura Pasar Baru, kita bisa berkunjung ke Museum Antara yang dibuka gratis untuk umum. Tempatnya memang kurang terekspos oleh media sosial, padahal isinya sangat menarik dan instagrammable! Koleksi yang bisa kita lihat di sini adalah foto-foto jurnalistik dari Antara, dokumentasi-dokumentasi koran dan berita selama masa perjuangan kemerdekaan, komik perjuangan Indonesia, hingga hal-hal lainnya yang berkaitan dengan jurnalistik maupun sejarah Indonesia.
Kadangkala tempat ini juga dijadikan tempat pagelaran seni seperti tari Jawa atau pementasan drama. Karena gratis, tak ada salahnya untuk masuk dan melihat-lihat isi koleksi museum ini!
Datang!
Waktu yang paling ideal untuk mengunjungi Pasar Baru adalah siang dan sore hari, karena umumnya pedagang maupun tempat-tempat yang saya sebutkan di atas tutup pada malam hari. Gunakan pakaian yang santai karena Pasar Baru merupakan tempat yang bersifat outdoor dan cuaca Jakarta seringkali panas terik. Silakan nikmati salah satu tempat bernilai historis di Jakarta!