Mie Ayam Pinangsia, Legend dan Klasik

Masih berusaha “menemukan” kembali mie ayam jamur di Pinangsia yang pernah saya santap saat masih kecil (diajak oleh ayah saya), maka kali ini saya mendatangi sebuah rumah makan yang bernama “Mie Ayam Pinangsia”. Tempatnya tergolong sulit sekali ditemui meski bangunannya besar. Saya sampai berputar-putar di Pinangsia. Ternyata, tempatnya agak tersembunyi, tertutup oleh pepohonan.

Lokasinya sangat dekat dengan Glodok Plaza. Persisnya, berada di belakang pos polisi Pinangsia, tertutup oleh pepohonan sehingga sangat sulit ditemukan, meski sudah menggunakan Google Maps sekalipun. Saran saya begini: jika sudah melihat Glodok Plaza, mulai pelankan kendaraan dan tanya penjaga toko di sekitar sana, semoga salah satu dari mereka bisa menunjukkan persis lokasinya. Jika Anda menggunakan mobil, parkir dulu saja di Glodok Plaza, kemudian berjalan kaki dari Glodok Plaza ke lokasi karena letaknya sangat dekat.

Ya, meskipun sulit ditemukan, sebenarnya tempatnya tergolong besar. Ada 10 meja lebih, dan nampaknya juga ada lantai 2 untuk memuat lebih banyak orang. Tempatnya full AC dan terang, nyaman meski terkesan jadul. Sang pelayan langsung mengantarkan lembar menu yang menawarkan banyak sekali masakan: aneka masakan bakmie, bihun, kwetiau, nasi, sampai aneka Chinese food. Menggiurkan. Tetapi saya ingin mencicipi masakan khas di sini: mie ayam jamur ala Pinangsia.

Tak lama seporsi mie ayam pun tiba. Penampilannya klasik dan sederhana sekali, tetapi memancing selera makan. Saya ambil sumpit dan langsung menyuapkan mie ke dalam mulut. Wah! Tekstur mienya halus dan kenyal sekali. Nampaknya mie dibuat sendiri karena tekstur ini tidak pernah saya temui di tempat lain. Teksturnya yang halus dan kenyal menandakan mie ini dibuat dengan bahan-bahan berkualitas, biasanya kandungan telurnya cukup banyak. Citarasanya gurih asin, dengan topping potongan daging ayam rebus putih dan jamur yang terasa asin gurih. Ayam rebus yang teksturnya empuk dan jamur yang bertekstur renyah menambah permainan tekstur dalam hidangan ini.

Oh iya, tidak lupa saya memesan pangsit goreng. Sekilas pangsit gorengnya terlihat biasa sekali. Teksturnya renyah sekali, meski sedikit berminyak. Yang mengejutkan adalah isian daging pangsitnya, juicy! Jadi, meskipun kulit pangsit gorengnya sudah kering dan renyah, tetapi begitu bagian isiannya digigit, tekstur empuk juicy dagingpun langsung menyambut. Ditambah dengan cocolan saus tomat khas pangsit gorengnya, rasanya semakin enak.

Di kesempatan lain, saya datang lagi dan memesan nasi hainam campur. Konsep nasi hainamnya unik, bukan nasi yang ditanak bersama bumbu-bumbu hainam seperti jahe, bawang putih, dan kaldu; tetapi lebih mirip nasi berbumbu hainam yang kemudian ditumis kembali. Lebih mirip nasi hainam yang “digoreng”. Jadinya memang sedikit berminyak, tetapi ada tambahan aroma smoky khas tumisan yang harum. Sebuah pengalaman lain dalam menyantap nasi hainam.

Topping nasi campurnya standar: irisan chasiu, samcan panggangnya, ayam rebus, seperempat butir telur rebus masak kecap, sepotong tebal ngohiong, dan setusuk sate babi. Irisan ayam rebusnya enak sekali, dibumbui dengan baik sehingga terasa empuk gurih. Ini sebuah hal plus, sebab biasanya dalam hidangan nasi campur, ayam rebus hanya bersifat tambahan dan dipersiapkan dengan serius. Chasiu-nya empuk, tetapi tidak ada yang istimewa. Rasanya seperti chasiu pada umumnya. Samcan panggangnya tergolong juicy dan berdaging, tetapi saya kurang mendapatkan tekstur renyah di bagian kulit yang biasanya menjadi andalan nasi campur. Sedangkan ngohiong-nya tergolong enak. Potongannya tebal dan rasa dagingnya kuat. Biasanya ngohiong dalam nasi campur tidak dimasak seserius ini. Dan sate babinya, empuk meskipun sedikit “ngelawan” ketika digigit. Rasanya manis dan aroma ketumbarnya samar terasa. Enak. Oh iya, jangan lupa untuk menyantap nasi hainam ini dengan saus sambal cabainya yang penuh rasa dan khas.

Berapa harga yang harus saya bayar? Untuk seporsi mie ayam jamur saya perlu membayar Rp25.000, dan tambahan Rp10.000 untuk dua buah pangsit goreng. Sedangkan nasi hainam campurnya dihargai Rp45.000 (Harga April 2021). Harga yang standar, mengingat sebagian besar rumah makan di kawasan ini menawarkan hidangan yang harganya berada dalam kisaran tersebut, bahkan ada yang lebih mahal.

Menurut saya, rumah makan ini recommended. Mie ayamnya klasik dan gurih, saya beri nilai A terutama untuk tekstur mienya. Sedangkan untuk nasi hainam campur, memang bukan nasi campur terbaik yang pernah saya santap tetapi tetap enak, saya beri nilai B. Mie ayamnya saya rekomendasikan. Belum lagi tempatnya yang nyaman dan menunya yang sangat beragam. Sangat cocok untuk santap keluarga. Kekurangannya sih cuma satu: topping di mie ayamnya kurang banyak.

Well, saya akan datang kembali untuk mencoba menu yang lain. Oh iya, saya mendapat informasi bahwa rumah makan ini sudah beroperasi sejak tahun 1968. Legend.

Mie Ayam Pinangsia
Jl. Pinangsia Raya no.1B, RT.5/RW.9
Pinangsia, Jakarta Barat
Jam buka: 9 pagi – 5 sore.

Langganan tulisan tentang wisata, kuliner, dan budaya Indonesia. GRATIS.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *