Pendakian Nyaris Gempor di Gunung Guntur (2245 mdpl): Kecil-Kecil Cabe Rawit!

Gunung Papandayan, Cikuray, dan Guntur – ketiganya merupakan nama gunung yang berada di Garut. Ketiganya juga ramai didaki oleh pendaki dari berbagai daerah. Di antara ketiganya, yang paling pendek ketinggiannya adalah Gunung Guntur (2245 mdpl). Tetapi jangan salah sangka, Gunung Guntur ternyata memberikan tantangan yang lebih sadis daripada gunung-gunung lainnya!

Pendakian Gunung Guntur saya mulai dari Terminal Kampung Rambutan, Jakarta. Dengan menaiki bis tujuan Garut, kami berhenti di Pom Bensin Tanjung. Kenapa tidak berhenti di Terminal Guntur saja? Ternyata desa tempat titik pertama pendakian Gunung Guntur lebih dekat apabila kita turun di Pom Bensin Tanjung. Jadi, lebih baik turun di sini!

Dengan menggunakan angkot yang disewa bersama-sama, kami akhirnya tiba di Desa Citiis. Di sini terdapat banyak sekali warung sehingga kita bisa beristirahat dan menyantap sarapan. Setelah perut kenyang dan siap untuk memulai pendakian, kami pun segera berangkat. Di pintu masuk pendakian, kami mendaftarkan diri terlebih dahulu serta membayar simaksi sebesar Rp15.000.

misteri gunung guntur

Hari Pertama: Menuju Pos 3

Tujuan dari pendakian pada hari pertama adalah menuju Pos 3 terlebih dahulu, yang merupakan tempat ideal untuk berkemah dan bermalam – baru keesokan harinya baru kami menuju puncak. Jarak antara pintu masuk pendakian menuju Pos 3 adalah sekitar 3 jam (idealnya, kalau tidak banyak istirahat, hehehe…)

info gunung guntur

Ciri khas Gunung Guntur adalah: tidak ada ampun! Dari awal pendakian saja kami sudah dibuat harus menanjak, walaupun pada awal-awal tanjakannya masih bisa dilalui dengan mudah. Jalurnya pun tandus alias kering. Tiba di pos 1 saja sudah mulai ngos-ngosan. Tapi jangan khawatir, di perjalanan dari awal hingga pos 2 banyak terdapat warung sehingga kita bisa beristirahat sebentar.  Di pos 1, kami melaporkan diri kembali kepada polisi hutan.

Jalur dari pos 1 ke pos 2 menjadi semakin menantang! Batu-batuan yang besar harus kami panjat satu per satu di sepanjang jalur. Keringat semakin mengucur deras dan stamina semakin terkuras. Namun demi menuntaskan pendakian ini, maka perjuangan tetap dilanjutkan. Kira-kira ada satu jam lamanya kami harus melakukan pendakian dengan memanjati bebatuan ini, hingga akhirnya kami tiba di pos 3!

info gunung guntur

Rasanya begitu lega setelah tiba di pos 3, sebab di sinilah kami akan berkemah dan beristirahat, apalagi kaki memang sudah lemas setelah menanjak di sepanjang perjalanan dan perut pun sudah lapar. Di pos 3 sudah tidak ada lagi warung, sehingga bila masih ada kekurangan logistik baiknya dibeli di warung sebelum pos 2. Di sini ada pos volunteer yang menjual souvenir, tetapi tidak ada logistik – kecuali ada seorang bapak yang menawarkan mizone dan rokok (saja), serta kadangkala kita bisa menemukan dua anak kecil yang berkeliling menjajakan es teh manis. Oh iya, di pos 3 ini sumber air sangat berlimpah sehingga kita tidak perlu berpelit-pelit minum :).

Tenda didirikan! Maka pendakian untuk hari ini pun selesai. Di pos 3 ini terdapat banyak spot bagus untuk berfoto. Saya sangat menyarankan untuk membuka tenda di sini, sebab pada malam hari, kita bisa melihat gemerlap Kota Garut dari atas. Indah sekali!

gunung guntur

Hari Kedua: Menuju Puncak

Pukul 4 subuh, saya dibangunkan untuk melakukan summit attack alias menuju puncak untuk mengejar matahari terbit (walaupun kami ujung-ujungnya melihat matahari terbit di tengah jalur juga). Pendakian menuju puncak merupakan tantangan utama di Gunung Guntur, jalurnya berpasir dan berkerikil, sehingga dijuluki sebagai miniatur Semeru. Naik dua langkah, turun satu langkah; begitu terus selama 2 jam lebih lamanya…

Namun proses pendakian menuju puncak ini ternyata begitu bermakna. Karena jalurnya yang sulit, kami terpaksa harus menjaga satu sama lain. Tak jarang ada anggota pendakian yang terjatuh dan kami bantu bangunkan. Selain itu, di tengah-tengah perjalanan, matahari pun terbit. Indahnya…

keindahan gunung guntur

Puncak!

Setelah tiga jam (terlalu banyak istirahat, padahal idealnya dua jam saja) mendaki jalur pasir nan berkerikil, akhirnya kami tiba di puncak Gunung Guntur. Sebenarnya gunung ini terdapat empat puncak, dan puncak tertingginya ada di puncak kedua. Jarak dari puncak pertama menuju puncak kedua sekitar 30 menit hingga 1 jam pendakian lagi.

Di puncak, kita bisa menikmati kawah yang begitu indah. Kami cukup lama duduk di sini untuk mengembalikan tenaga yang hilang selama perjalanan.

gunung guntur mdpl

Kembali Menuruni Gunung

Dan tantangan di Gunung Guntur tidak hanya menuju puncak, tetapi menuruninya! Kini kami harus menuruni jalur curam yang berpasir dan berkerikil, bisa dibayangkan rasanya? Sepanjang perjalanan entah berapa kali saya harus berhenti dan mengeluarkan kerikil-kerikil dari sepatu saya. Debunya juga sangat tebal, sampai-sampai seluruh badan saya kusam oleh debu, hahaha… Proses ini terasa sangat melelahkan, tetapi saya menikmati apapun yang alam berikan!

Hanya 30 menit saja (namun terasa begitu lama) dari puncak untuk tiba kembali di Pos 3. Kami pun segera memasak makan siang, beristirahat, berkemas kembali untuk segera turun menuju Desa Citiis. Lagi-lagi, tantangan berlanjut. Kami harus kembali menuruni batu-batu besar yang sehari sebelumnya kami daki. Rasanya? Membuat kaki ini bergetar!

Namun semuanya terbayar ketika kami berhasil tiba di Desa Citiis dengan selamat. Rasanya begitu lega dan puas, kembali saya mampu menundukkan diri dan mensyukuri nikmat alam. Di Desa Citiis, kami pun bersih-bersih dan bersantap siang. Dari sana kami menyewa angkot untuk menuju terminal Guntur, untuk kembali pulang ke Jakarta.

Konklusi

Gunung Guntur, meskipun tidak terlalu tinggi, tetapi menjadi salah satu gunung yang paling menantang yang pernah saya daki! Saya kurang merekomendasikannya untuk pemula, mengingat jalur pendakiannya yang terus menanjak tanpa henti. Gunungnya pun agak gersang sehingga panas matahari cukup menyengat.

Namun, gunung ini memiliki sumber air yang melimpah sehingga kita tidak perlu terlalu pelit untuk minum. Warung juga tersedia cukup banyak di sekitar pos 1 hingga pos 2. Nilai lebihnya lagi, saya terus mendapatkan sinyal ponsel hingga pos 3! Sehingga gunung ini benar-benar memanjakan mereka yang mau menundukkan ego dan mendakinya. Gunung Guntur juga tidak sedingin gunung-gunung lainnya sehingga terasa lebih nyaman.

Well, Gunung Guntur begitu berkesan bagi saya. Namun rintangannya yang berat membuat saya belum ada keinginan untuk mendakinya lagi, hahaha…

gunung guntur mdpl

Langganan tulisan tentang wisata, kuliner, dan budaya Indonesia. GRATIS.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *