Kuliner Glodok: Kuliner Legendaris di Gedung Chandra

Mendengar kata “Glodok” identik dengan pasar dan wisata kuliner khas Tionghoa. Anda mungkin sudah sering ke sana dan mendatangi berbagai tempat populernya seperti Gang Gloria dengan es kopi Tak Kie dan bakmie Amoy atau Kari Lam; maupun Petak Sembilan dengan bakmie Loncat dan mipan. Namun ada satu titik destinasi wisata kuliner Glodok yang juga laris manis namun jarang terekspos oleh food blogger maupun food vlogger di internet. Tempat ini disebut “Taman Makan Minum Chandra” karena terletak di Gedung Chandra. Berbeda dengan Chinatown Point dan Petak Enam yang masih baru, Gedung Chandra ini sudah berusia puluhan tahun, bahkan sudah lebih dari setengah abad. Gedung Tua ini sekilas mungkin kurang menarik bagi generasi muda, meskipun masih ramai didatangi oleh generasi kakek nenek kita. Tapi, di dalam gedung ini, terdapat berbagai kuliner yang patut diperhitungkan juga. Kali ini saya akan merekomendasikan enam tempat makan di Taman Makan Minum Chandra yang patut Anda coba:

1. Nasi Sapo Sedap Wangi

Restoran Sedap Wangi yang berada di Pinangsia merupakan salah satu tempat makan nasi campur favorit saya, apalagi untuk bebek panggangnya. Selain membuka rumah makan, Sedap Wangi ternyata juga memiliki tenant di Taman Makan Minum Gedung Chandra, tepatnya di lt.1. Menu andalannya adalah nasi hainam campur atau nasi hainam dengan bebek panggang, tetapi ada satu menu yang unik dan difavoritkan banyak orang: nasi sapo!

Pada dasarnya, nasi sapo adalah nasi hainam campur yang disajikan di dalam claypot. Penggunaan claypot ini bukan hanya sekadar gimmick saja, tetapi memberikan efek panas yang lebih lama sehingga terasa lebih lezat (nasi hainam campur yang dingin itu rasanya membuat eneg). Selain itu, penggunaan claypot juga memunculkan aroma smoky yang berasal dari pertemuan nasi dengan claypot panas. Bagian dasar nasi pun berkerak dan memunculkan tekstur renyah. Harum sekali!

Untuk isiannya ada babi panggang asin (siobak), babi panggang merah (charsiu), bebek panggang (bebek peking), dan telur rebus. Babi panggang asinnya empuk dan juicy, dengan sedikit tekstur renyah dari bagian kulit yang terpanggang dengan baik. Babi panggang merah alias charsiu juga terasa enak karena dipanggang hingga harum dan renyah. Bebek pekingnya, tidak usah ditanya lagi. Tidak amis, empuk, dan lapisan lemak pada kulit di-render dengan baik sehingga lemaknya tidak mengganggu. Jangan lupa disiram dengan saus manis khas nasi hainam untuk menambah rasa. Enak!

Seporsi nasi sapo dihargai Rp50.000 (harga per November 2020).

2. Nasi campur Lay-Lay

Masih di Taman Makan Minum Chandar yang terletak di lantai 1, ada salah satu penjual nasi campur yang sangat saya sukai. Lokasinya agak ujung, tetapi mudah untuk ditemukan. Nama tenant-nya adalah Lay-Lay, dengan kari ayam dan nasi campur sebagai menu andalannya.

nasi campur lay-lay glodok

Langsung saja pesan seporsi nasi hainam campur. Dengan harga Rp55ribu (harga per Desember 2020), isian nasi campur ini tergolong sangat lengkap: babi panggang asin, charsiu (babi merah), ayam rebus, bebek panggang, ngohiong (semacam rolade babi), telur rebus, dan sate babi. Benar-benar sajian yang menggugah selera! Babi panggangnya garing dan juicy, sedangkan bebek panggangnya empuk dan tidak berbau amis. Babi merah dan ayam rebusnya juga terasa enak di lidah. Satenya pun tak kalah enak, dominan rasa manis asin dengan aroma ketumbar yang membuat sate ini lebih istimewa. Ngohiong-nya yang mungkin terlalu banyak tepungnya sehingga seperti sedang memakan bakso, tetapi tidak masalah. Disajikan bersama kuah sayur asin yang gurih dan saus khas nasi campur. Sausnya sendiri terasa kurang gurih, tetapi tidak masalah karena lauknya sendiri sudah dibumbui dengan baik. Sambalnya yang justru enak dan memperkaya rasa!

Menu kari ayamnya juga patut dicoba, karbohidratnya bisa dipilih antara nasi atau bihun dan dagingnya bisa dipilih antara babi atay ayam. Bihunnya tebal dan bertekstur kenyal khas bihun Medan. Bumbu karinya diracik pas sehingga tidak terlalu medhok. Enak disantap ketika cuaca sedang dingin.

3. Chinese food khas Fu Qing (Hokkian) di San Ik

San Ik merupakan salah satu tenant yang menyajikan hidangan Chinese food, selain Daun Hijau dan Mutiara. Menunya lengkap sekali: mulai dari ayam, sapi, babi, ikan, kepiting, cumi, udang, lindung, kodok, sampai bakmie dan sayuran. Anda akan bingung memilih menu mana yang akan dipesan saking banyaknya.

Menu yang paling sering dipesan adalah dadar tiram dan kangkung hotplate. Dengan isian tiram yang melimpah, porsi dadar tiramnya besar sekali sehingga menutupi piring sajian. Kangkung hotplatenya menjadi favorit pengunjung, bisa disajikan dengan daging babi, sapi, ataupun seafood. Begitu disajikan, suara gemericik dari piring hotplate menandai dimulainya sesi makan siang, bersama dengan aroma harum yang menyeruak.

Salah satu menu yang menurut saya unik dan khas adalah baso isi Fu Zhou, sebuah hidangan khas Hokkian berupa baso ikan berisi cincangan daging babi yang dimasak kuah. Baso ikan yang gurih dan bertekstur kenyal diisi dengan daging babi cincang yang empuk. Enak sekali!

(Baca juga: Restoran Chinese food paling worth it di kawasan Glodok)

4. Chinese food khas Kanton (Guang Dong) di Daun Hijau

Daun Hijau memiliki sejarah yang panjang: bermula dari seorang pria bernama Ng Sik yang membuka restoran Chinese food dengan nama Chung Yen di Molenvliet (sekarang Jl. Gajah Mada dan Jl. Hayam Wuruk). Restoran ini ternama pada masanya, namun harus tutup pada masa orde baru akibat kebijakan yang kurang berpihak pada keturunan Tionghoa. Pada tahun 1971, Shinta Marina – pemilik Daun Hijau dan cucu dari Ng Sik – melanjutkan resep kakek dan ibunya dengan menyajikan hidangan oriental di foodcourt Gedung Gloria. Setelah Gloria terbakar pada tahun 2009, kini Daun Hijau berjualan di foodcourt Chandra (Taman Makan Minum).

Berbeda dengan San Ik yang lebih menyajikan hidangan Tionghoa bergaya Hokkian / Putien, Daun Hijau menyajikan hidangan Tionghoa khas Kanton. Ciri khas hidangan Kanton adalah menggunakan berbagai saus dalam masakannya sehingga mengangkat citarasa. Namun pada perkembangannya, baik San Ik dan Daun Hijau menyajikan menu yang mirip, meski satu sama lain memiliki menu andalannya masing-masing.

Cobalah menu sapo ikan yang menjadi andalan Daun Hijau. Ikan gurame (atau bisa pilih ikan jenis lainnya maupun kodok) dimasak dengan talas, tahu, dan bumbu tausi hingga kuahnya mengental. Rasa kuahnya gurih dan potongan-potongan isiannya besar-besar! Tak lupa saya memesan goreng tiram, berupa hidangan telur dadar dengan potongan tiram yang amat melimpah. Enak!

5. Chinese food kontemporer di Mutiara

Kalau sering melihat restoran Mutiara dan Red Bean di berbagai mall di Indonesia, sejarah mereka berasal dari sini. Mutiara pertama kali menyajikan berbagai Chinese food di gedung Chandra ini. Jadi jangan kaget jika restoran Mutiara dan Red Bean yang kita lihat di mall-mall itu tampil begitu modern dan berkelas, namun Mutiara di gedung Chandra masih sangat jadul. Tapi nuansa jadul itu yang justru membuat saya ingin kembali lagi ke sini.

Cobalah sop ikan gurame yang dimasak “merah” dengan angciu. Rasa gurih dengan citarasa asam dan asin begitu menghangatkan tubuh. Menu lainnya, ayam rebus, juga tak kalah enak. Meski hidangan ini terlihat sederhana sekali, tetapi citarasanya menggugah selera: ayam yang direbus hingga empuk dengan bumbu minimalis sehingga mengangkat aroma asli ayam. Dijamin lahap disantap dengan nasi hangat.

6. Laksan, Burgo, dan Celimpungan Pempek Chandra

Terakhir, di Taman Makan Minum Chandra ini, ada Pempek Chandra yang tak kalah legendarisnya dengan Pempek Eirin. Rasa ikannya terasa sekali dan bumbu cukonya juga penuh rasa. Tapi saran saya, jangan hanya coba pempeknya karena Pempek Chandra juga menawarkan hidangan khas Palembang yang jarang bisa ditemui di Jakarta: laksan dan burgo.

Laksan merupakan hidangan berkuah santan yang sederhana tapi enak sekali. Komponen laksan hanyalah potongan pempek rebus yang diguyur dengan kuah santan kuning. Tekstur pempek rebus yang padat kenyal dengan kuah santan yang gurih berpadu dengan baik. Jangan lupa tambahkan sambal merahnya yang pedas-manis dan membuat hidangan ini terasa semakin ramai.

Pempek lenggangnya pun tak kalah enak. Potongan pempek yang didadar bersama telur ini disajikan bersama soun, irisan timun, taburan ebi, dan kuah cuko. Ada sedikit hint aroma bawang putih goreng di dalam dadarnya, yang memberikan aroma tambahan selain ebi dan cuko. Cukonya sih enak banget! Manis, asam, sekaligus segar.

Setiap porsi hidangan di sini dihargai Rp35ribu (harga per Desember 2020). Khusus menu non-pempek standar seperti laksan, burgo, dan celimpungan hanya tersedia di akhir pekan (hari Sabtu dan Minggu). Sedangkan menu pempek dan tekwan tersedia setiap hari. Ramainya pembeli menandakan Pempek Chandra juga menjadi salah satu tenant favorit di sini.

Masih Ada Lagi!

Enam tenant di atas baru mewakili sebagian destinasi wisata kuliner di Gedung Chandra saja. Selain keenam di atas, masih ada tempat lain di dalam Gedung Chandra yang patut dicoba: Kacang Ijo Pancoran Teddy, Top Bread, Donat Kentang Ibu Ellia, sampai Chi Ta. Namun tidak sempat dibahas di sini, agar tidak terlalu panjang dan Anda sempat mencoba tempat-tempat di atas terlebih dahulu. Selamat mencari dan mencicipi!

Langganan tulisan tentang wisata, kuliner, dan budaya Indonesia. GRATIS.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *