Sindoro atau Sundoro merupakan salah satu gunung yang ramai dikunjungi di Jawa Tengah. Letaknya bersebelahan dengan Gunung Sumbing yang kerapkali disebut sebagai “gunung kembar”, sebab mereka memang terlihat seperti itu dari kejauhan. Informasinya, gambar pemandangan berupa dua gunung, sawah, dan matahari di antara kedua gunung tersebut terinspirasi dari pemandangan Sindoro-Sumbing.
Saking dekatnya Gunung Sindoro dengan Sumbing, biasanya pendaki mendakinya dalam “sekali jalna”. Maksudnya, mereka mengawali pendakian ke Gunung Sindoro tersebut, kemudian langsung melanjutkan pendakian ke Gunung Sumbing. Kadang-kadang ditambah lagi dengan mendaki Gunung Slamet sehingga mereka bertiga dijuluki sebagai “Triple S”.
Namun karena keterbatasan waktu, kali ini saya hanya mendaki Gunung Sindoro saja. Pendakian ini sebenarnya tidak ada dalam agenda pribadi, namun merupakan penugasan dari universitas tempat saya bekerja untuk mendampingi UKM mahasiswa pecinta alam untuk mendaki Sindoro. Jalur yang dipilih adalah Kledung, yang merupakan jalur paling populer untuk mendaki Sindoro. Jadilah perjalanan ini merupakan pendakian menuju puncak Gunung Sindoro via Kledung.
Dari Terminal Kemayoran di Jakarta kami segera menaiki bus Damri menuju Terminal Wonosobo, dengan lama perjalanan kurang lebih 13 jam. Dari Terminal Wonosobo kami melanjutkan lagi menuju basecamp dengan menaiki angkot. Letak basecamp Sindoro sendiri terletak di Kabupaten Temanggung.
Basecamp – Pos 1
Seperti biasa, di basecamp saya dan rombongan beristirahat sejenak, sarapan, kemudian melakukan packing ulang. Banyak terdapat warung dan pedagang di tempat ini, sehingga cocok untuk beristirahat sebelum memulai perjalanan. Dari basecamp kami pun segera menuju pos 1. Perjalanan diawali dengan melewati pedesaan kemudian persawahan. Di sisi kiri dan kanan dapat kami lihat persawahan warga yang hijau. Jalur yang dilewati masih landai dan menyenangkan, meskipun jarak dari basecamp menuju pos 1 cukup jauh dan panjang, menghabiskan kurang lebih 1,5 jam perjalanan.
NB: bagi yang ingin mempercepat perjalanan bisa menggunakan ojek dari basecamp hingga pos 1, lumayan memangkas waktu hingga menjadi 20 menit perjalanan saja.
Pos 1 – Pos 2 (Cawang)
Memasuki pos 1, pendaki mulai memasuki hutan dengan trek tanah. Jalur masih belum terlalu menanjak dan masih bisa dilalui dengan santai. Kira-kira setelah sekitar 1 jam perjalanan, pendaki memasuki pos 2.
Pos 2 – Pos 3 (Seroto)
Pos 2 merupakan area landai dengan sebuah shelter. Di sini pendaki bisa istirahat sejenak setelah lebih dari 2 jam perjalanan. Setelah melewati pos 2, pendakian yang sesungguhnya dimulai. Jalan mulai menanjak tanpa henti dengan sedikit “bonus” (jalan datar). Di sinilah ketangguhan mulai diuji, sebab jarak dari pos 2 hingga pos 3 cukup jauh dan membutuhkan waktu sekitar 2 hingga 3 jam, tergantung seberapa sering pendaki beristirahat. Selain itu, pemandangan antara pos 2 menuju pos 3 terasa agak membosankan.
Pos 3 – Sunrise Camp
Setelah menanjak nyaris tanpa henti dengan napas yang mulai terengah-engah, akhirnya sampai juga di pos ketiga! Pos ketiga berupa daerah landai yang sangat luas sehingga cocok untuk membuka kemah. Selain itu, pemandangan di pos 3 sangat indah, sebab kita bisa melihat Gunung Sumbing berdiri di seberang sana dengan gagahnya.
Atau, bila kehabisan tempat berkemah di pos 3, kita bisa melanjutkan perjalanan sekitar 20 menit untuk tiba di sunrice camp. Disebut sebagai sunrise camp sebab kita bisa melihat matahari terbit dengan indah di sini. Sunrise camp juga merupakan tempat yang cocok untuk berkemah, meskipun tidak seluas pos 3.
Meski merupakan tempat yang tepat untuk berkemah, perlu diperhatikan bahwa angin bertiup cukup kencang pada malam hari. Namun saya sangat menikmati malam di pos 3: gunung sumbing yang menampakkan diri malu-malu dalam gelapnya malam, bintik-bintik lampu dari pemukiman warga di bawah gunung, hingga bintang-bintang di langit yang percaya diri menampilkan diri. Saya menikmatinya sambil menyeruput secangkir kopi hangat bersama teman-teman.
NB: di pos 3 terdapat warung yang menjual air minum, kopi, mie instan, dan tempe mendoan. Harganya tergolong mahal, tapi tempe mendoannya sangat enak!
Sunrise Camp – Pos 4 (Batu Tatah)
Summit attack! Pukul 3 pagi saya dibangunkan dan diajak untuk berjalan menuju puncak. Angin bertiup sangat kencang dan suhu udara terasa sangat dingin. Sepotong kecil gula jawa saya kunyah untuk memberikan energi. Perjalanan menuju pos 4 masih tetap menantang: terus-menerus menanjak dengan trek berbatu. Tak jarang, batu yang dilalui sangat besar sehingga kita harus sedikit memanjatnya. Trek dari pos 3 menuju pos 4 mengingatkan saya dengan pendakian Gunung Gede jalur Putri yang juga terus-menerus menanjak, namun kali ini penuh dengan bebatuan. Jaraknya pun tak kalah menantang, kita nyaris menanjak tanpa henti selama 2 jam!
Meski demikian, pendakian dari pos 3 menuju pos 4 dari subuh sangatlah memorable, sebab saya bisa melihat pemandangan menjelang sunrise yang begitu indahnya.
Batu Tatah
Pos 4 atau batu tatah merupakan area dengan tumpukan batu yang cukup tinggi. Banyak pendaki yang menikmati sunrise di sini sebelum menjangkau puncak. Gunung Sumbing semakin percaya diri menunjukkan kegagahannya di sini. Karena mengejar waktu, saya hanya beristirahat sebentar di pos 4. Oh iya, di pos 4 angin juga bertiup sangat kencang.
Puncak
Tanjakan menuju puncak semakin menantang, dan terasa tiada henti! Beberapa kali saya kelelahan dan beristirahat, sambil berharap puncak sudah di depan mata. Dari pos 4, kita akan menemukan hutan-hutan lamtoro yang kemudian berganti dengan sebuah padang edeleweis. Sayangnya edelweis sedang tidak berbunga saat saya mendakinya. Menanjak dengan pelan tapi pasti, hingga saya menjangkau batas vegetasi dengan jalur berkerikil dan… Puncak Gunung Sindoro!!!!
Di puncak, selain berfoto-foto, kita bisa melihat kawah Sindoro yang sedang mengeluarkan gas belerang. Pemandangan utamanya tetap Gunung Sumbing yang sudah berdiri menemani pendakian sejak pos 3. Angin bertiup dengan sangat kencang sehingga kita perlu berhati-hati di sini.
Turun Kembali
Menjangkau puncak Sindoro merupakan sebuah kegembiraan atas berhasilnya menghadapi tantangan, namun menuruni puncak Sindoro juga menjadi tantangan tersendiri. Jalur berkerikil yang curam ke bawah membuat pendaki harus berhati-hati untuk menuruninya.
Pendakian turun dari puncak hingga pos 3 memakan waktu sekitar 1 hingga 2 jam, sedangkan menuruni pos 3 hingga basecamp memakan waktu sekitar 2 jam. Total kita membutuhkan waktu 4 jam untuk turun, dan akan lebih lama lagi bila kita semakin sering beristirahat. Setiba di basecamp, jangan lupa untuk mencicipi kopi Sindoro yang cukup kesohor. Saya mencicipinya di salah satu warung, sekaligus membelinya pulang sebagai oleh-oleh. Aromanya harum dengan tingkat keasaman yang lumayan.
Gunung Sindoro memberikan pengalaman pendakian gunung pertama saya yang berada di atas ketinggian 3000 mdpl. Jalur yang menantang dan ketiadaan sumber air selama jalur pendakian memang menuntut persiapan dan latihan yang matang sebelum mendakinya. Namun pemandangan Gunung Sumbing yang begitu indah dari jalur pendakian membuat saya terus-menerus mengagumi Sindoro. Gunung Sumbing berdiri kokoh di seberang sana, seolah sedang memanggila saya untuk mendakinya. “Try me!”, ucapnya.
Dan saya menjawab, “Well, next time I will!”