Setidaknya ada tiga gunung di Purwakarta yang bisa kita nikmati suasana alaminya: Gunung Lembu, Gunung Parang, dan Gunung Bongkok. Dalam perjalanan saya ke Purwakarta bulan April lalu, saya memilih Gunung Lembu sebagai destinasi pendakian saya. Alasannya karena di antara ketiga gunung tersebut, konon katanya pemandangan Gunung Lembu-lah yang terbaik. Jadilah saya pilih Gunung Lembu sebagai gunung pertama yang saya daki di Purwakarta (rencana selanjutnya Gunung Parang).
Gunung Lembu terletak di Sukatani, Kabupaten Purwakarta. Lokasinya tidak terlalu jauh dari pusat kota, sekitar 90-120 menit saja dengan menggunakan sepeda motor. Tapi ada satu catatan di sini: meski tidak terlalu jauh, tapi akses jalan ke Gunung Lembu masih kurang memadai. Banyak jalan yang hancur berlubang atau masih belum diaspal sehingga tanahnya menjadi basah ketika usai hujan (sepeda motor saya sempat tergelincir di sini). Semoga bisa menjadi perhatian pemkab Purwakarta karena Gunung Lembu merupakan salah satu destinasi terkenal di Purwakarta.
Setelah tiba di basecamp Gunung Lembu, saya langsung bergegas mendaftarkan diri dan membayar biaya masuk. Kalau tidak salah hanya Rp10ribu per orang dan Rp5ribu sebagai tarif parkir. Ada dua warung di sini, pertama Warung Salsa dan satu lagi warung yang tidak bernama, oleh karena itu basecamp ini saya sebut sebagai “Pos Salsa” bersama teman saya. Rencananya pendakian ini hanya bersifat tik-tok, yang artinya saya akan naik dan turun pada hari yang sama, tidak menginap dan tidak membawa tenda.
Sebelum berangkat, saya menyesap segelas kopi hitam dulu di warung. Oh iya, jalur pendakian Gunung Lembu ini ada dua, yakni jalur lama dan jalur baru. Jalur lama lebih landai (datar), namun membutuhkan waktu pendakian yang lebih panjang. Sedangkan jalur baru, yang memang baru saja dibuka pada tahun 2018, membutuhkan waktu pendakian yang lebih singkat tapi jauh lebih menanjak. Jalur baru ini melewati pos Batu Anjing nantinya. Kami sendiri akan mendaki Gunung Lembu melalui jalur baru.
Memulai Pendakian
Merasa sudah siap, saya memulai pendakian dengan seorang teman. Karena ketinggiannya “hanya” 780 mdpl, maka saya prediksi selambat-lambatnya saya membutuhkan waktu 2 jam untuk naik dan 1 jam untuk turun. Hal ini terkonfirmasi setelah saya bertanya kepada ibu penjaga warung yang mengatakan bahwa ia hanya membutuhkan waktu 1 jam untuk naik (ingat bahwa kaki warga setempat jauh lebih tangguh daripada kaki anak kota :P). Maka, saya tidak terlalu banyak menyiapkan air maupun camilan.
Kesan pertama ketika mendaki gunung ini adalah: nyamuknya banyak sekali! Baru 10 menit memulai pendakian, badan saya sudah bentol-bentol karena dikerubungi oleh nyamuk hutan yang besar dan ganas. Rasanya seperti sedang bermain di kebon! Teman saya pun segera mengeluarkan minyak kayu putih untuk dioleskan ke bagian tubuh yang terbuka. Lumayan membantu, nyamuk-nyamuk itu pun tidak mengganggu lagi.
Tips pertama mendaki Gunung Lembu: bawalah lotion anti nyamuk.
Awal perjalanan kita akan disambut oleh hutan bambu dan bebatuan dengan ukuran sangat besar, bahkan lebih besar daripada manusia. Batu-batu ini akan terus ada sampai akhir pendakian, menjadi ciri khas dari Gunung Lembu. Saya cukup takjub dengan ukuran batu-batu di sini yang sangat besar, berhubung saya jarang menemukan batu-batu besar ini pada pendakian-pendakian sebelumnya.
Treknya tidak terlalu sulit, tetapi sebagian besar treknya adalah jalan menanjak sehingga lumayan menguras keringat. Mengingatkan saya akan tanjakan sambalado di Gunung Kencana.
Berhubung semalam Purwakarta baru saja diguyur hujan sangat deras (sampai-sampai terjadi tanah longsor di salah satu kampung di Sukatani), maka tanahnya menjadi lembek dan jalur menjadi sangat licin. Saya menjadi ekstra hati-hati di sini.
Mungkin sekitar 30 menit berjalan santai, kami pun tiba di pos 1. Di tempat ini terdapat gardu pandang dan warung untuk beristirahat sejenak.
Meskipun baru sampai di pos 1, tapi pemandangannya sudah cantik sekali! Waduk Jatiluhur sudah nampak dengan jelas dari ketinggian. Bahkan saking cantiknya pemandangan di sini, menurut saya pemandangan di puncak (Batu Lembu) masih kalah dengan pemandangan di pos 1.
Karena pemandangannya cantik dan tersedia warung dengan berbagai camilan, kami pun menghabiskan waktu begitu lama di sini, nyaris 1 jam! Tapi kami tidak menyesal menghabiskan sebagian besar waktu pendakian kami di sini, sebab suasananya memang tenang dan pemandangannya memang indah sekali.
Pos 1 Menuju Pos 2
Sadar kami sudah terlalu lama beristirahat, pendakian pun kami lanjutkan. Kali ini jalurnya kembali menanjak tanpa henti, jarang sekali ditemukan jalur datar. Meski demikian, perjalanan tetap kami nikmati. Treknya masih sama: jalur tanah merah yang licin dan lunak (mungkin karena sehabis hujan) dan bebatuan yang besar-besar.
Mungkin sekitar 30 menit kemudian, kami tiba di pos 2 yang disebut sebagai “Batu Anying” alias “Batu Anjing”. Tentu saja, kata “anjing” di sini bukan digunakan untuk mengumpat, tetapi merujuk kepada bentuk batu yang menyerupai anjing. Memang sih, kalau dilihat dari jauh nampak seperti anjing yang sedang duduk. FYI, ukuran batunya besar sekali, tingginya bahkan bisa mencapai 5 meter.
Tak mau lama-lama beristirahat di pos 2, kami pun segera melanjutkan perjalanan.
Pos 2 Menuju Batu Lembu
Jujur, meskipun “hanya” 780 mdpl, tetapi pendakian ini cukup menguras tenaga. Keringat sudah membasahi baju. Karena berada pada ketinggian yang tidak terlalu tinggi, suhu udaranya pun lumayan panas untuk ukuran gunung. Tapi kami tetap bersemangat untuk menyelesaikan pendakian.
Dan sekitar 30 menit kemudian, tibalah kami di tempat terakhir pendakian: Batu Lembu. Posisinya tak jauh dari puncak.
Di Batu Lembu, kita bisa menyaksikan kembali Waduk Jatiluhur dan Purwakarta dari ketinggian. Begitu indah! Tersedia juga warung untuk bersantai dan memesan minuman. Saya sendiri menikmati pemandangan dari puncak sambil menyesap segelas bajigur instan hangat.
Oh iya, karena di lokasi ini terdapat kera, berhati-hatilah dengan barang bawaan. Jangan sampai lalai meletakkan tas sembarangan dan diacak-acak atau bahkan diambil oleh kera.
Turun Kembali
Puas menikmati suasana di puncak, kami turun kembali. Jalur turun tidaklah semudah ekspektasi, sebab jalurnya licin sekali! Saya agak takut untuk berlari atau melangkah dengan cepat karena khawatir tergelincir. Oleh karena itu, kami membutuhkan waktu yang cukup lama untuk turun.
Dan sambil berjalan turun, saya menyempatkan diri untuk mengambil gambar yang membuat saya mensyukuri keindahan alam ini.
Pendakian Selesai
Tak lebih dari 1 jam, kami pun tiba di basecamp kembali. Segelas teh hangat langsung saya pesan sebagai penawar lelah, dan setelah itu melapor kepada petugas di pos. Terdapat kamar mandi bagi yang ingin membersihkan badan, tapi kami memilih untuk langsung pulang karena kami masih memiliki destinasi selanjutnya, yakni berwisata kuliner dan menyaksikan air mancur di Taman Air Mancur Sri Baduga di Purwakarta Kota (baca: backpacking 3 hari 2 malam di Purwakarta).
Gunung Lembu, meski hanya sekadar 780 mdpl, bukan berarti boleh diremehkan. Jalurnya menanjak dan cukup menantang, serta view-nya indah sekali! Menyaksikan Waduk Jatiluhur dan Purwakarta dari ketinggian adalah sebuah keindahan tersendiri. Secara keseluruhan, saya senang sekali dengan pendakian ini; dan Gunung Lembu saya rekomendasikan bagi teman-teman yang ingin mendaki gunung secara tik-tok, atau bagi pemula yang ingin mencicipi rasanya trekking.
Well, the adventure ends here. Til the next exploration.
Kumpulan tulisan saya tentang Purwakarta:
1. Pengalaman Backpacking di Purwakarta: Itinerary dan Biaya
2. Kuliner Rekomendasi di Purwakarta
3. Review Eli Hostel Purwakarta
4. Pendakian Gunung Lembu, Purwakarta
5. Filosofi di balik Kuliner Sate Maranggi khas Purwakarta