Kuliner Tradisional Khas Surabaya + Tempat Makan Rekomendasi (Bagian 1): Dari Lontong Balap sampai Bakwan Surabaya

Perjalanan ke Surabaya dua minggu lalu menambah banyak catatan untuk blog ini. Selain berwisata budaya dan sejarah, ternyata Surabaya juga cocok sekali untuk berwisata kuliner. Makanan-makanannya berbeda dengan makanan yang umum saya temui di Jakarta dan Jawa Barat. Bila saya amati, ciri khas dari kuliner Surabaya adalah penggunaan lontong dan petis. Hampir semua makanannya mengandung dua bahan tersebut, mungkin karena  Surabaya berada dekat dengan laut sehingga produk petis pun melimpah ruah di sana, kali ya… Berdasarkan catatan saya, setidaknya ada 14 kuliner khas Surabaya yang sudah saya coba dan saya bagi menjadi 2 bagian. Kali ini saya mulai dari lontong balap…

1. Lontong Balap

lontong balap surabaya

Campuran antara lontong, tauge yang melimpah, tahu goreng, dan lentho yang kemudian disiram dengan kuah petis dan kecap yang manis segar. Salah satu makanan khas Surabaya yang paling enak! Nama lontong balap sendiri pun muncul bukan tanpa sebab. Dulunya makanan ini dijual oleh pedagang pikulan di pasar Wonokromo. Para pedagang ini berebut konsumen, sehingga mereka berjalan dengan cepat agar dapat tiba lebih awal di pasar dan mendapat pembeli lebih banyak. Oleh orang-orang, penjual ini terlihat seperti sedang balapan sehingga makanan ini kemudian disebut sebagai lontong balap.

Tempat rekomendasi: lontong balap Pak Gendut, cabangnya sudah ada di berbagai sudut kota Surabaya.

2. Soto Ambengan

soto ambengan

Soto khas Surabaya, berisikan daging ayam, jerohan ayam, sohun, cacahan kol, telur ayam dengan guyuran kuah kaldu. Ciri khas dari soto ini adalah kuahnya yang berwarna kuning pekat karena campuran kunir dan taburan koya (tumbukan kerupuk udang dan bawang putih goreng). Karena awal mulanya soto ini dijual di Jl. Ambengan, maka soto ini kemudian disebut sebagai Soto Ambengan. Perbedaannya dengan Soto Lamongan adalah, Soto Ambengan tidak menggunakan santan di dalam campurannya.

Tempat rekomendasi: Soto Ambengan Pak Sadi, di Jl. Ambengan no. 3A.

3. Pecel Semanggi

pecel semanggi

Bila di Purwokerto ada pecel kecombrang dan di Solo ada pecel ndeso, maka di Surabaya ada pecel semanggi. Ciri khas dari pecel ini adalah daun semanggi yang menjadi bahan utamanya. Semanggi dan tauge kemudian disiram dengan bumbu yang berbeda dengan pecel-pecel lainnya: terbuat dari campuran ketela rambat, kacang tanah, gula jawa, dan petis. Campuran ini membuat bumbu pecelnya kental dengan aksen rasa manis. Pecel semanggi sudah menjadi makanan yang langka, namun masih bisa ditemukan di beberapa tempat seperti di Pasar Atom dan Taman Bungkul.

Tempat rekomendasi: Taman Bungkul, pada sore hari terdapat banyak penjual pecel semanggi di sini. Menurut saya, rasa pecel semanggi di Taman Bungkul yang terbaik.

(Baca juga: 7 Hal Seru yang Bisa Kamu Lakukan ketika Berwisata di Surabaya)

4. Lontong Mie

lontong mie

Rasa kuahnya mirip seperti lontong balap, tetapi isiannya beda: mie kuning, lontong, tahu goreng, tauge, daging dan otot sapi, dan taburan udang kering. Rasanya manis dan segar. Kandungan karbohidratnya memang lumayan karena ada campuran mie dengan lontong, tetapi lontong mie merupakan salah satu makanan favorit saya di Surabaya!

Tempat rekomendasi: Lontong Mie Ny. Marlia, Pasar Atom.

5. Tahu Tek

tahu tek-tek

Pernah makan tahu telur? Bisa dibilang tahu tek adalah ‘kakak kandung’-nya tahu telur, sebab makan tahu telur memang terinspirasi dari tahu tek. Hampir bisa dipastikan setiap ada penjual tahu tek, pasti juga menjual tahu telur.

Tahu tek sendiri konsepnya juga mirip dengan tahu telur; ada tahu goreng, kentang, tauge muda, lontong, dan telur dadar. Semuanya (kecuali tauge dan lontong) digunting menjadi potongan-potongan sehingga menimbulkan bunyi “tek, tek, tek”, dan jadilah makanan ini disebut sebagai tahu tek atau tahu tek-tek. Kemudian kesemuanya disiram dengan saus kacang dan petis yang gurih dan wangi. Tahu tek banyak dijual di malam hari dengan menggunakan gerobak keliling.

Tempat rekomendasi: Tahu Tek Pak Ndut, Jl. Manyar Rejo no.1; atau Tahu Telor Pak Jayen, Jl. Dharmahusada no.112

6. Nasi Goreng Krengsengan

nasi goreng krengsengan

Nasi goreng di Surabaya itu punya ciri khas, yakni warnanya yang merah karena adanya campuran saus tomat dalam tumisan. Selain nasi goreng, yang khas di Surabaya adalah nasi goreng krengsengan, yaitu nasi dan mie yang digoreng secara bersamaan dengan saus tomat berwarna merah. Dan… apa yang bisa salah dari seporsi nasi goreng yang dimasak dengan api besar dan bumbu yang pas?

Tempat rekomendasi: Nasi Goreng Pak Kumis Joko Dolog, Jl. Taman Apsari

7. Bakwan Surabaya

bakwan surabaya

Awalnya saya kurang tertarik dengan makanan ini, karena saya pikir sama saja dengan bakwan Malang yang juga sama-sama berada di Jawa Timur. Tapi ternyata beda, loh! Kalau bakwan Malang adalah bakso sapi dengan pangsit goreng (bakwan) yang disajikan dengan saus kecap manis, maka bakwan Surabaya justru lebih mirip bakso Solo. Ada bakwan halus, bakwan kasar, siomay basah, siomay goreng, dan sebagainya. Nah kalau di Malang bakwan itu adalah pangsit gorengnya, maka di Surabaya bakwan itu adalah baksonya itu sendiri. Penyajiannya ditemani dengan kuah kaldu dan tidak menggunakan kecap manis.

Bakwan Surabaya sendiri merupakan kuliner hasil asimilasi budaya Tiongkok, sehingga tidak jarang sebagian besar penjual Bakwan Surabaya adalah warga keturunan. Tempat rekomendasi untuk mencicipi makanan ini adalah di Bakwan Kapasari atau Bakwan Gili, keduanya sama-sama berada di Pasar Atom.

8. Es Sinom

es sinom

Saat saya mengunjungi kota Surabaya, matahari sedang sangat terik sehingga dahaga mudah sekali menyerang. Selain meminum es teh manis dan es degan, jangan lupa cobain es sinom yang khas Surabaya! Disebut es sinom karena bahan dasarnya adalah sinom, yakni buah asam Jawa yang masih muda. Warna kuning es sinom ini berasal dari campuran kunyit, sehingga minuman ini berkhasiat dan menyegarkan sekali! Es sinom biasanya dijual di warung-warung, atau oleh pedagang gerobak keliling yang menjual aneka minuman, biasa ada juga es sinom.

9. Tahwa

tahwa

Orang Jakarta mengenalnya sebagai kembang tahu dan di Semarang disebut sebagai wedang tahu. Di Surabaya, makanan ini dikenal sebagai tahwa, berasal dari serapan Bahasa Tiongkok “dou hua” (baca: touhwa) yang artinya “kembang kacang”. Kacang yang dimaksud di sini adalah kedelai, makanya disebut juga sebagai kembang tahu karena berbahan dasar yang sama dengan tahu. Karena terbuat dari kacang kedelai, maka aroma tahwa khas sekali, apalagi setelah diguyur dengan saus jahe manis, cocok sekali untuk malam hari menghangatkan badan!

Penjual tahwa bisa ditemui di sepanjang jalan di Surabaya, biasanya dijual oleh pedagang bersepeda. Saya sendiri mencicipinya ketika berada di depan Gedung Siola.

Bersambung…

Dari kesembilan makanan di atas, favorit saya adalah lontong balap dan tahu tek, enak banget! Mungkin juga karena sulit ditemui di  Jakarta makanya saya menjadi doyan sekali. Btw, tulisan ini akan berlanjut ke bagian 2, dan di sana ada makanan favorit saya yang lainnya yaitu lontong kupang. See you at the next post!

Langganan tulisan tentang wisata, kuliner, dan budaya Indonesia. GRATIS.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *