Berawal dari melihat sebuah video di Youtube tentang bakmie ini, akhirnya membuat saya penasaran. Di video itu sang pembawa acara nampak sudah lama mencari-cari bakmie ini dan akhirnya menemukannya. Ternyata bukan cuma satu orang saja yang mencari-cari ke mana lokasi baru dari penjual mie ayam ini, setelah saya melakukan googling ada banyak juga yang ingin bernostalgia dengan mencicipi kembali bakmie racikan Pak Alay. Ternyata dulu Pak Alay berjualan selama puluhan tahun di Gunung Sahari, lalu kena gusur, dan membuat banyak langganannya lost contact.
Pak Alay kini berjualan di Pademangan, tepatnya di Jl. Ampera VII, di sebuah jalan yang berada di seberang Mall WTC Mangga Dua. Dari jalan tersebut, kita perlu berjalan masuk agak dalam. Gerobak Pak Alay berada di kanan jalan, tepat di sebelah penjual es kelapa. Hati-hati karena agak sulit menemukannya dan mudah terlewat. Gunakan Google Map agar bisa mengetahui lokasinya dengan presisi.
Begitu saya datang, Pak Alay langsung menyapa saya dengan ramah. Beliau langsung mengenali bahwa saya adalah pelanggan barunya. “Tahu dari Youtube ya?” Tanya Pak Alay ramah. Setelah saya menjawab iya, Pak Alay langsung bercerita banyak. Ternyata beliau sudah membantu ayahnya (sekarang sudah alm.) berjualan bakmie sejak berusia 9 tahun, dan kini beliau sudah berusia sekitar 60an tahun. Hampir separuh dekade Pak Alay sudah berjualan bakmie. Berjualan selama itu membuat Pak Alay memiliki banyak langganan, terutama pelanggan-pelanggan yang datang untuk bernostalgia. Sayangnya pada tahun 2015 lokasi Pak Alay berjualan digusur dan ia harus pindah ke Pademangan, tanpa sempat memberitahu langganan-langganannya. Namun berkat media sosial, kini pelanggan-pelanggan setia mie ayam Pak Alay mulai berdatangan kembali.
Saya langsung memesan satu porsi mie ayam. Mienya ada dua pilihan, mie halus atau mie lebar. Topping ayamnya juga ada dua macam, ayam masak kecap atau ayam rebus putih. Saya minta mie halus dengan dua topping itu sekaligus. Supaya semakin ramai, saya juga minta seporsi pangsit dan bakso sapi rebus.
Tak lama hidangan pun tiba di atas meja. Porsi mienya tampak besar, dengan topping yang terlihat banyak juga. Pada satu mangkuk lagi tersaji kuah dengan 3 buah pangsit, 3 butir bakso sapi, dan tambahan topping ayam. Wah, benar-benar murah hati sekali Pak Alay dalam memberikan topping ayam. Sambil Pak Alay menuangkan teh hangat ke atas gelas, saya langsung mulai mengambil suapan pertama.
Mienya gurih. Bukan mie yang terasa luar biasa istimewa, tetapi rasanya enak. Bumbu dasarnya adalah minyak bawang. Rasa yang dominan adalah gurih, dengan tekstur mie yang cukup garing. Saya memastikan kepada Pak Alay, “Koh, tidak pakai minyak b2 ya?”. Dan Pak Alay mengiyakan. Bakmie racikannya 100% halal karena hanya menggunakan ayam dan bawang. Topping ayam putih rebusnya disuwir-suwir memenuhi permukaan mangkuk mie, terasa empuk ketika dikunyah. Bumbunya minimalis, hanya terasa gurih di lidah, tapi cocok sekali disantap bersama bakmie yang diracik sederhana tapi enak ini.
Topping ayam kecap mungkin terasa lebih berbumbu, jelas karena ada tambahan kecap manisnya.Ayam kecapnya dipotong kecil-kecil, dengan campuran proteina yang mendominasi. FYI, proteina adalah “daging palsu” yang terbuat dari protein nabati, digunakan dalam masakan vegetarian untuk menggantikan tekstur daging cincang. Bagi saya, kehadiran proteina yang dimasak kecap menambah tekstur kenyal dan rasa gurih yang lebih ramai di dalam mangkuk bakmie ini. Bukan masalah besar, namun beberapa orang mungkin tidak terlalu suka dengan campuran proteina ini.
Pangsit dan baksonya terasa biasa saja. Isinya daging ayam cincang, namun bagian kulit pangsitnya lebih terasa dominan di mulut. Bakso sapi yang digunakan adalah bakso sapi curah yang dibeli di pasar (bukan buatan sendiri), teksturnya cukup empuk namun menjadi tidak istimewa karena bisa saya temui di tempat lain juga. Yang saya suka, di atas kuah pangsit dan bakso ini Pak Alay juga menaburkan topping ayam. Pak Alay memang tidak pelit-pelit dalam memberikan condiment.
Semangkuk bakmie dihargai Rp15.000 dan seporsi pangsit dengan bakso (3 pangsit dan 3 bakso) dihargai Rp10.000. Wah, murah meriah! Biasanya mie dengan ayam rebus putih dihargai mahal, bisa sampai Rp30.000an, kali ini hanya setengah harganya saja. Tapi tentu saja, ada harga ada rasa. Citarasanya berbeda jauh, namun sama-sama lezat. Menurut saya mie ayam Pak Alay ini sangat cocok bagi yang sedang ingin menyantap mie dengan topping ayam rebus dengan budget yang lebih terjangkau.
Dengan topping yang melimpah, porsi yang besar, harga yang murah, dan rasa yang enak; saya rasa mie ayam ini cocok untuk dicoba, bahkan bisa menjadi menu makan siang di saat jam istirahat kerja. Pak Alay kemudian memberi tahu saya bahwa ia hanya berjualan dari jam 5 pagi sampai 2 siang; setiap hari tanpa libur, kecuali sedang tidak enak badan.
Sambil bercanda, Pak Alay membuat pantun yang beliau cantumkan juga di spanduk dagangannya:
“Dari Sabang sampai Merauke,
Mie ayam Pak Alay paling oke.”
Cakep.
Mie Ayam Pak Alay
Jl. Ampera 7 No.55C, RT.14/RW.07
(Seberang WTC Mangga Dua)
Pademangan, Jakarta Utara
Jam operasional: 05.00 – 14.00